Gelaran lomba nasional bertajuk “Kediri Cup 2019” trek balap Desa Bakung Wates Minggu lalu (29-31/3) berjalan tak sesuai harapan. Di hari pertama dan kedua panitia sukses. Meski di hari kedua di utama junior ring 2018-2019 tersisa lima pembalap karena turun hujan. Sedangkan di hari Minggu hanya berjalan dua babak, karena hujan lebat.
“Kalau mau sabar dan ditunggu sekitar 20 menit, panitia mampu menyelesaikan jalannya lomba, meski nantinya tak ada juara sejati. Tapi, untuk sampai 10 besar, bisa kesampaian,” tutur Daniel panitia lomba kepada beritamerpati.com.

Mengapa saya katakana seperti itu, sebab setelah 30 menit usai diputus lomba dihentikan, tepat pukul 16.45 wib kondisi langit cerah. Tak hanya itu, ketika kita pulang sekitar pukul 17.30 wib kondisi langit masih cerah.
“Ya, bagaimana lagi, kalau mau sabar sedikit, pasti lomba bisa berjalan lancar,” tandasnya.

Lomba nasional yang kedua kalinya setelah berdirinya PPMBSI Pusat tahun 2000 panitai berharap lomba berjalan lancar dan sukses. Ini bisa dibuktikan di Galatama 500 meter (26 seri) dan utama lelangan 300 meter (39 peserta) terwujud sang juara.
Begitu juga di hari Sabtu, di lomba utama junior ring 2018-2019 diikuti 416 peserta berakhir dengan lima pembalap, dikarenakan turun hujan. Setelah dilakukan rembukan, akhirnya diputus lomba dehentikan dan kelima pembalap menjadi juara bersama.

Sedangkan di Galatama 800 meter diikuti oleh 12 seri, sayangnya di Seri Perang Bintang (PB) tidak tergelar. “Semua tertuju panda lomba utama junior, sehingga PB hanya terdaftar 4 peserta. “Karena minim, maka seri PB dilorot ke seri bawahnya,” tegas Lalak Saputra, Kasi Lomba Pengda PPMBSI Jatim, sekaligus penaggung jawab lomba.
Sementara di utama Minggu diikuti oleh 390 peserta plus daftar ulang ini dimulai pukul 10.45 wib, karena panitia menginginkan pukul 15.00 wib lomba selesai. Sayangnya, keinginan mewujudkan lomba sukses dan ada sang juara sejati, berakhir kandas.

Alam tak merestui, sekitar pukul 12.30 wib hujan turun dengan derasnya sampai pukul 15.00 wib. Karena memasuki babak kedua, maka dilakukan pengocokan dan dibagikan nomor pelepasan. Babak kedua berjalan lancar, butuh waktu 30 menit dengan sekitar 104 terbangan,
Menginjak babak ketiga, panitia dengan cepatnya melakukan rekapan dan diberikan nomor pelepasan. Seteleh nomor pelepasan diterima, turun hujan kembalii, meski tidak terlalu deras. Saat itu sekitar pukul 16.15 wib. Panitia pun memanggil perwakilan tiap daerah.

Setelah dilakukan rembuk, banyak peserta menginginkan lomba dihentikan. Lagi-lagi panitia memberikan pertimbangan yang bijak. Jika lomba ini diputus selesai, hadiah yang dibagi hanya 36 juta, jumlah ini sudah dipotong 10% untuk panitia.
Bila sabar menunggu sekitar 20 menit, insyaallah lomba bisa berjalan dua atau tiga babak. Jumlah tabanas yang dibagikan tidak lagi total Rp 36 juta, melainkan total 70 juta tanpa potongan. Namun lagi-lagi peserta bersikukuh lomba harus dihentikan dan tidak menjadi soal total Rp 36 juta dibagi bersama pada pembalap sisa.
“Sudah berhenti saja, nggak apa-apa peserta hanya menerima Rp 345 ribu dan digenapkan oleh panitia Rp 350 ribu,” tegas Ady, joki Isso Team Blega kepada panitia.
Karena banyak peserta ngotot lomba dihentikan, maka panitia memutus lomba dihentikan dan selesai. Dengan selesainya lombadi babak kedua, maka subsidi tabanas Rp 45 juta dikembalikan lagi ke PPMBSI Pusat. Sebab, sesuai aturan lomba, jika lomba tidak selesai sampai babak ketiga, maka yang dibagikan jumlah peserta dikalikan harga tiket, selanjutnya dipotong 10%.
Segenap panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada peserta yang telah mendukung jalannya lomba, dan mohon maaf jika ada khilaf dalam perjalanan lomba.