Seiring dengan majunya hobi andhokan di tanah air, melaju pula Suber Daya Manusia (SDM) dalam hobi asal pulau Madura ini. Terlihat dari joki-joki yang dulu pergaulannya cukup terbatas, saat ini lebih luas. Baik belajar dari joki seniornya, juga dalam pemikiran sudah lebih maju.
Minim emosi dalam menyikapi kalah dan menang dalam gelaran lomba, baik itu lokal, daerah sampai nasional. Tak hanya itu, belakangan yang terpantau oleh beritamerpati.com yakni dalam pembagian hadiah tabanas, dulu joki atau pemilik yang menerima, setelah menerima hadiah langsung dikantongi.
Terkadang setelah dihitung setiba di rumah ada kekurangan. Meski, menurut pemilik atau joki tidak seberapa, namun hal ini kurang mengenakkan. “Apalagi joki, dimana pemilik merpati tidak ikut, ditakutkan kekurangan tabanas tersebut diambil oleh sang joki. Ini yang cukup berabe bagi joki,” tutur salah satu joki yang ditemui beritamerpati.com usai menerima tabanas.
Namun saat ini, setelah menerima hadiah tabanas, baik itu Galatama atau lomba utama, panitia langsung memberitahukan ke pemenang, setelah menerima tabanas, sebaiknya langsung dihitung di depan panitia. Bila ada kekurangan, maka panitia bisa menambahi, begitu juga sebaliknya.
“Bila sudah keluar dari lapangan, apalagi sudah sampai rumah panitia tak bertanggung jawab,” tegas panitia lomba yang belakangan menangani hal hadiah tabanas.
Dengan cara ini, maka hobi andhokan lebih maju seiring dengan perkembangan jaman, yang mengharuskan semua transparan. Sehingga bila ada kekurangan bisa dikomplain saat itu juga.
Al hasil, ketika sampai rumah, joki tidak lagi merasa terbeban pikiran, kurang atau pas. Apalagi hadiah harus disetor ke bos (pemilik) pembalap. Semoga apa yang terjadi seperti ini bisa lebih dikembangkan, baik penerimaan hadiah tabanas atau bentuk lainnya.