Masih teringat akan keperkasaan Petir Muda, pembalap asal Medan era awal tahun 2000 ini cukup handal di trek balap dan sering meraih juara nasional. Minimal, 10 besar di utama minggu, selalu disabetnya. Di pulau Garam Madura, sempat meraih dua kali juara. Pembalap milik Asen Helm dan Alvin Batubara (Batubara Team) Medan warnanya bukan lagi kelabu atau gambir, melainkan megan tristis.
Tak hanya itu, Asen Helm juga memilki pembalap jawara, misalnya Super Bejo (ring Napoleon Solo) Juara nasional di Lumajang, Alfaro (saat itu bersama Bambang Suprianto), juga Pegasus (ring Napoleon Solo) juara nasional di Bandung, memberi bukti bahwa pembalap Asen Helm ini mampu berlaga di trek balap nasional. Lewat filing dan percaya penuh kawan di trek balap, membuatnya ketika membeli pembalap sering membawa berkah yakni merebut juara.
“Mungkin itu rejeki saya ya, kita beli percaya kepada kawan yang ada di trek balap. Contohnya Ronggo (Ronggolawe), pembalap Runner up asal Pamekasan, di lomba nasional HUT TNI AU ke-75 Raci Pasuruan 11 April 2021 lalu kita percaya dua mania yakni Iwan SBR Jember dan Rahmad Pamekasan. Sejak Sabtu sudah dipantau, akhirnya Ronggo deal di hari Minggu babak keempat dengan nilai Rp 55 juta,” tandas Asen, kepada beritamerpati.com via telpon. .
Mengenai bulu, sambung mania asli Medan, Kita tidak melihat warna bulu, melainkan kualitas terbang dan tembak di tangan joki bagus. Satu lagi, hoki pembalap mantap.
“Saat itu, kita take over Rp 55 juta. Awalnya minta Rp 60 juta, setelah kita tawar Rp 50 juta tidak mau. Kita putuskan, seperti buah semangka saja, kita potong separuh yakni jadi Rp 55 juta,” cerita Asen Helm.
Akhirnya, Ronggo deal Rp 55 juta di babak keempat utama minggu. Bagaimana jika juara, hadiah apa ikut pemilik sebelumnya?
“Ini masih babak keempat. Jika joki mampu membawa Ronggo sampai juara, untuk hadiah silakan ambil semua. Terpenting Ronggo bisa meraih juara,” tambahnya
Al hasil, Ronggo pun berhasil mencapai titik puncak lomba yakni partai grand final Vs Jack Miler Klaten. Sayangnya, terbang Ronggo bersama Jack Miler tinggi. Saat itu juga, banyak burung sriti terbang arah ke finish. Mau tida mau kedua pembalap ini mencari jalan keluar menuju ke finish. Jack Miler menemukan jalan tembus ke joki, sedangkan Ronggo melaju tetap meninggi karena terhalang burung Sriti dan melebihi finish.
“Sayang hoki tak menginggapi Ronggo. Jika sama-sama trek depan joki, hasilnya bisa lain. Pertarungan bakal menjadi lebih seru,” tutur Iwan SBR kepada beritamerpati.com diakhir lomba.
Intinya, Ronggo bisa kembali ke joki. Sebab, kondisi seperti ini sangat rawan untuk pembalap tak kembali ke finish, karena burung Sriti cukup banyak. Teringat pada Gumaya, pembalap Semarang hilang difinal di trek Sentul Sidoarjo karena tidak mau turun ke joki, akibat banyak burung Sriti yang ada disekitar finish.