Mencetak pembalap jawara di trek balap bukan hal mudah. Apalagi mampu mengkandaskan pembalap kelas nasional. Juga sang jawara adalah hasil ternakan sendiri. Itu yang dialami oleh Paulus Gunawan S, panggilan akrap Gunawan, mania lawas asal Semarang yang tak lain pemilik Gumaya.
Menurut Gunawan, munculnya Gumaya diluar dugaan. Sebab, pembalap ini dalam pelatihan tidak gampang serperti pembalap lainnya. Begitu juga indukan (ibu & bapaknya) tidak mudah untuk diambil keturunan. Sehingga, tidak ada harapan menjadi pembalap jawara nasional. Apalagi masuk dalam 10 besar pembalap terbaik nasional.
“Gumaya rangking tiga di tahun 2013?” ucap Gunawan, kepada beritamerpati.com seraya tak percaya.
Memang, dalam perjalanannya, Gumaya baru vit ketika ada lomba besar di trek balap Tambak Cemandi Sidoarjo (Silaturahmi Cup), tepatnya sebelum lomba nasional Semarang.
Setelah lomba nasional Semarang digelar, kualitas terbang dan tembak Gumaya makin menjadi. Al hasil, di lomba nasional Semarang seri Perang Bintang (PB) 1000 meter, Gumaya meraih runner up, meksi saat itu harus kalah tipis dengan A-12, milik Agus Cemandi Sidoarjo.
Di lomba utama, Gumaya tak mau kehilangan kesempatan meraih juara. Babak demi babak, pembalap anak silangan jantan adik Monster Vs betina ring HLDR, selalu mengalahkan lawan dengan mutlak. Dan berakhir masuk semifinal. Sayang, saat di semifinal (tinggal 3) pembalap kondisi cuaca sudah gelap dan akhirnya diputuskan juara bersama.
“Kini Gumaya meraih 126,6 poit,” jelas bos Arimbi BF.
Sebulan berikutnya, lomba 13 th Anniversary Solo digelar. Gumaya pun tak mau kehilangan kesempatan emas. Apalagi lomba tersebut digelar di Solo yang tak jauh dari kota asalnya (Semarang). Minimal capek diperjalanan minim sekali.
Di lomba utama 1000 meter, kualitas Gumaya makin terlihat. Babak demi babak pun dijalani. Persaingan sengit mulai terlihat di 10 besar. Tapi, semangat Gumaya tak luntur. Lawan pun ditempel ketat, sekitar 15 meter dari joki, tembakan keras dilakukan, Al hasil, Gumaya menjadi pemenang.
Sayang, jalan menuju ke final harus berhenti di semi final. Gumaya pun harus duduk manis dan harus legowo memberikan partai final ke lawannya. “Gumaya masuk 4 besar sudah diluar target. Ini sudah bagus dan saya benar-benar puas,” ucap Jacky Man, berusaha maksimal agar Gumaya mampu meraih yang terbaik.
Dengan masuknya pembalap yang masih ada trah darah Chelsie dan Rocky Bandung ini, akhirnya masuk menjadi peringkat ke tiga setelah Juliet dan Alpachino. Total point yang didapat 258,6. Jumlah ini membuat Gumaya meraup hadiah rangking senilai Rp 5,4 juta.
SUSAH DIAMBIL KETURUNAN
Tak seperti indukan super lainya, ketika diambil keturunan mudah didapat. Indukan Gumaya ini susah diambil anaknya. Dari Gumaya hanya mampu mencetak dua saudara. Teluran pertama muncul betina yang saat ini ada di Bapak Jaladri (saat itu Kapolres Salatiga).
Sedangkan teluran kedua muncul jantan dan betina. Jantan tersebut tidak lain adalah Gumaya. Betina sesarang Gumaya ada dikandang. “Saat ini Bapak Gumaya lagi disilangkan dengan indukan betina trah darah Leonard. Diharapkan, hasilnya bisa makimal,” tandas Gunawan.
Terus, bapak Gumaya apa merupakan pembalap prestasi?
Menurut Gunawan, Bapak Gumaya sebenarnya merupakan pembalap kualitas super. Bapak Gumaya pernah meraih juara di lomba nasional Batang, saat itu masih dipegang sama Ugik Comal. Karena berprestasi, akhirnya dibeli oleh Pek Kwang Semarang. Dikandang Pek Kwang, Bapak Gunaya tak lagi meraih prestasi. Akhirnya, Dibeli oleh Ko Sing, juga mania Semarang.
Sampai-sampai pembalap ini berakhir dengan terjangkit penyakit Tetelo. Tuhan Yang Maha Esa masih menyelamatkan dari penyakit mematikan. Bapak Gumaya pun tetap hidup. Melihat kondisi yang kurang bagus, Bapak Gumaya pun dijual dan dibeli oleh Gunawan senilai Rp 1 juta. Lewat rawatan dan pemberian jamu secara rutin, bapak Gumaya kembali sehat dan dijodohkan dengan betina ring HLDR.
“Al hasil, muncul Gumaya yang kini mampu meraih peringkat ke tiga the best ten nasional 2013,” cerita Gunawan kepada beritamerpati.com di rumahnya Perum Pondok Indrapasta Semarang.